Film…. Ya Film merupakan salah satu cabang lomba dari agenda
tahunan sekolah kami yaitu Gebyar Seni. Namun cabang lomba ini hanya di ikuti
oleh kelas XI saja. Lalu kelas X lomba apa.? Pada kelas X nya mereka
berlomba dalam seni pementasan drama.
Sehingga tentu saja setiap anak kelas XI mendapatkan pengalaman baru dan
percobaan pertama yaitu pembuatan Film.
Hmmmm jika mndengar kata film dari akselerasi hampir semua
guru berkata itu mustahil untuk ada. Mengapa
demikian.??? Yah itu karena hampir setiap periode akselerasi sebelum angkatan
enam belum ada yang berhasil untuk membuat dan memilikinya. Mengapa begitu.?? Sebenarnya hal itu terjadi
bukan karena akselerasi angkatan sebelumnya tidak membuat Film. Namun itu semua terjadi karena
keterbatasan waktu dan kendala – kendala yang perlahan menerjang hingga mengkibatkan kefatalan dalam proyeksi
film.
Berbagai fakta yang terjadi pada kakak – kakak angkatan kami
itu membuat kami menjadi berfikir bahwa film membutuhkan pertimbangkan yang sangat masak dan juga harus dapat berfikir dengan kritis
agar dapat menetralaisir semua kemungkinan buruk yang menghujam tanpa ampun dan
menghampiri tanpa sapa terlebih dahulu. Dan juga waktu akselerasi yang dalam sehari
sepenuhnya dihabiskan disekolah.
Tentu saja jika mendengar kata – kata tersebut. Seolah –
olah film takkan berhasil membuatnya.
Sehingga kami semua berfikir bahwa lomba film itu sangat – sangat mustahil
untuk diikuti oleh kelas kami dan kai pun putus asa lalu memutuskan untuk tidak
membuatnya dan memfokuskan kelomba – lomba yang lain.
Namun ketika berada di akhir bulan Februari tepatnya hati
kami seolah – olah berkobar – kobar. Bagaimana tidak, pada penghujung bulan itu
kami telah berada di kelas XI dan Pembina bagian film yaitu bapak Hendri Santoso datang kekelas kami dan
bertanya - tanya tentang kelas film kami. Semula kami semua berkata NO for Film
but apa kata bapak Hendri Santoso beliau berkata masa si akselerasi tidak
mampu.?? Cemen sekali.? Katanya akselerasi.? CIBI .? lalu mengapa tidak bias.?. kami pun serentak
terdiam tanpa berani berkutik sedikit pun. Kecuali menunduk malu. Lalu bapak …
bercerita tentan kelas XI lain yang ternyata pengalaman mereka pun sama dengan
kami yaitu sama – sama percobaan pertama. Terjadi perbandingan antara kelas
kami dan kelas lainnya yang seolah – olah tertinggal jauh dibawah dan hilang
semua kata – kata CIBI dalam kelas kami.
Lalu apakah kami diam saja disbanding – bandingkan.? Ketika
kami ditanya kembali oleh bapak beberapa dari kami berkata sanggup dan bapak…
pun menghela nafas dan keluar dengan membawa kesanggupan kami.
Seusai pelajaran kami pun langsung berunding. Teriak, tawa,
tangis bukan suatu hal yang baru dalam forum yang kami adakan. Terkadang bahkan
terselip suatu permusuhan sebagi kado dari forum namu pasti ada jalan keluar
dalam kesatuan akselerasi. Pada forum ini kami pun sepakat akan membuat film.
Serentak kami pun langsung bagi tugas. Film yang di sutradarai oleh Dian
Octaviani. Di tunjuk Dyah Ayu sebagai pembuat scenario, Revika Oktalia sebagai
penata busana, Luthfi zain fuadi sebagai pemburu tempat, Maulana Eka Pratikta sebagai
cameramen, dan Jalu Mahensa dan Mas Dafri Maulana sebagai humas serta pada
bagian editing ada Jalu Mahensa, Maulana Eka Pratikta, Luthfi Zain Fuadi dan
Mas Dafri Maulana.
Film yang berkerjasama dengan dinas BKKBN ini telah berjalan
dengan lancar. Semua hal yang akan menjadi kendala dalam pembuatan film akan
selalu kami netralisir dengan kekompakan kami. Hari demi hari kami lewati
dengan mudah, mulai dari mencari tempat,
berdiskusi dengan staff BKKBN dan Membuat Skenario. Skenario yang bertemakan KB
( Keluarga Berencana) ini berhasil digarap bersama Bapak Aris Sukoco. Dalam
pembuatan film ini kami banyak sekali di bantu oleh bapak Aris. Beliau adalah
guru SBK kami yang sangat kami segani karena beliau adalah guru yang sangat
sabar dan dapat mengerti kami sehingga kami selalu ingin bertemu dengan beliau.
Sudah dulu ya semoga bisa keluar kisah berikutnya...
Seee You J
0 komentar:
Posting Komentar