Hei teman - teman apa kabar.? hmmm pasti sehat - sehat ajakan.? Huft lagi kesel nih tiyap malem mesti mati lampu di daerah sini. kenpa ya padahal kan di kota. he3x.. setelah libur panjang dari main lapto rasanya dah kangen nih pengen posting lagi.. huft meskipun g' ada yang kangen tapi tak apalah apa salahnya berbagi. he3x.. langsung aja deh g' pake lama. ini ada lanjutan dari novel Kepakan Sayap Burung Elang. Novel ini dirilis dikosan loh oleh Gunawan Adi Nugroho seorang yang kocak dan tampan. OK selamat membaca..
Sub titlenya HERCULES.
Loh emang ada apa dengan Hercules.? apakah gunawan ini seorang yang berbadan kekar, kuat dan cerdas namun memiliki kekasih yang menghianatinya.? Atau Gunawan ini seorang yang biasa saja tapi selalu tegar.? baiklah tak perlu lama - lama pasti sudah penasarankan.? langsung buka novelnya :) selamat membaca...
<| "Semakin dekat kau memandang" |>
Sub titlenya HERCULES.
Loh emang ada apa dengan Hercules.? apakah gunawan ini seorang yang berbadan kekar, kuat dan cerdas namun memiliki kekasih yang menghianatinya.? Atau Gunawan ini seorang yang biasa saja tapi selalu tegar.? baiklah tak perlu lama - lama pasti sudah penasarankan.? langsung buka novelnya :) selamat membaca...
( Hercules )-Kepakan Sayap Burung Elang :
2.
HERCULES
Saat bapak dan ibu mau mengantarku kejawa,
pesawat yang berani masuk ke Bandara Wamena hanya pesawat Hercules (pesawat
TNI) pesawat penumpanng tidak ada yang berani ke Papua.
Itu
saja kalau bapak tidak mempunyai teman atau kenalan pegawai bandara tidak bisa
naik pesawat itu, untung saja bapak mempunyai teman pegawai Bandara, jadi bisa
dengan mudah ikut pesawat itu. Saat mau
berangkat ke Bandarapun sudah dicegat-cegat oleh gerombolan-gerombolan GPK,
“Bapak mau kemana, bawa tas banyak?” Tanya salah seorang dari gerombolan GPK
kepada bapak, “Saya mau penataran di Jaya Pura” jawab bapak dengan membohongi
GPK tersebut padahal mau mengantar aku ke jawa. Akhirnya kami diperbolehkan lewat,
oh… iya saat mau ke Bandara Aku dan keluarga di antar dengan mobilnya pak
Kamto, Kepala sekolah di SDku.
Beliau
belum pindah ke Jawa, baru rencana karena dia mempunyai dua tempat tinggal,
tetapi tempat dia bertugas atau bekerja didaerah yang sedang gempar atau ingin
merdeka sendiri. Jadi beliau masih bisa mengantar aku dan keluargaku ke Bandara
Wamena. Beliau belum selesai mengurus surat pindahnya, kalau bapak sudah
jauh-jauh hari mengurus surat pindah walaupun sebenarnya bapak belum disetujui
tetapi bapak minta cuti. Agar bisa mengantarkan aku ke jawa dan kembali lagi ke
Papua jika keadaan sudah mulai dingin.
Akhirnya
selama satu jam perjalanan, sampai juga di Bandara dengan selamat tidak
terhalang oleh GPK lagi. Saya pun turun dari mobil dengan membawa tas punggung
yang berisi jajanan-jajanan buat bekal dijalan, tas-tas yang besar langsung
dibawa oleh pegawai-pegawai yang bekerja di Bandara, untuk di masukkan kedalam
bagasi pesawat tetapi sebelumnya sudah diberi nama dan terdaftar dalam
nama-nama penumpang.
Saya
sangat berterimakasih kepada pak Kamto, sudah mengatar aku dan keluargaku ke
Bandara, sebenarnya resikonya sangat besar. Membawa kami ke Bandara, bisa saja
saat kami dijalan, dicegat oleh GPK dan dibunuh, tetapi Alhamdulillah kami
sampai dengan selamat, saat kami mau masuk ke Bandara kami berpamitan dengan
Pak Kamto dan berterima kasih kepada Pak Kamto karena telah mengantarkan sampai
Bandara.
“Pak….saya
dan keluarga sangat berterimakasih, sudah mengantar kami ke Bandara.” Ucap
terimakasih bapak kepada pak Kamto, atas kebaikan pak kamto mengantar kami
sampai bandara. “sudahlah pak biasa saja, ini sudah menjadi tanggung jawab saya
mengantarkan bapak sampai kesini. Kita kan sudah seperti saudara”. Begitulah
jawab pak Kamto, sambil kembali masuk kedalam mobil. “Iya pak semoga tali
persaudaraan kita tidak pernah putus”. Kata bapak sambil bersalaman dengan Pak
Kamto. “iya pak… kalau sudah sampai dijawa hubungi saya ya pak, salam buat
keluarga dijawa, saya pamit pulang pak. Assalamuallaikum.” Pamit pak Kamto
sebelum meninggalkan kami. “Baik Pak.. kami pasti kabari bapak kalau sudah
sampai. Walaikumsallam wr.wb. Dan kamipun berpisah dengan pak Kamto.
Saat
itu kami menunggu sebentar di ruang tunggu Bandara, “mak aku haus, pingin
minum”. Aku berkata pada ibu yang sedang duduk didekatku. Kebetulan ada
pedagang asongan yang lewat dan ternyata pedagang asongan itu adalah mantan
muridnya bapak, jadi aku tidak membayar lagi membeli minuman. Hehe. “mas…mas…beli
minuman”. Kata ibu kepada pedagang asongan itu. “iya buk …pilih minuman yang
mana?” begitulah kata pedagang asongan tersebut, saat dia menyuruh aku memilih,
dia melihat bapak yang sedang duduk disamping Ibu. “Pak Pur . . bapak kenapa
ada disini? Ini istri dan anak bapak ya..?” Tanya pedagang asongan itu kepada
bapak dengan muka penuh keheranan. “oh… iya, saya mau mengantar anak saya ke
Jawa, betul ini istri dan anak saya. Kamu jualan disini to.” Jawab bapak dan
sambil bertanya kepada mantan muridnya itu. “iya pak saya jualan disini, buat
kegiatan pak dari pada menganggur pak.” Jawab pedagang asongan itu kepada
bapak. “sudah lama kamu berjualan disini?”Tanya bapak kepada mantan muridnya
atau pedagang itu. “baru satu minggu pak, ini buat kegiatan selama saya
menunggu pembukaan pendaftaran TNI pak.” Jawab pedagang itu kepada bapak. “wah…
bagus itu, saya doakan kamu besok mendaftar keterima, oh.. iya nama kamu Kosmos
ya?” sahud bapak kepadanya karena dia mau berpikir maju, tidak diam saja
setelah lulus SMA, dia selalu bekerja, tidak menganggur.
“Terimakasih
bapak atas dukungannya, bapak hati-hati dijalan, saya mau berjualan lagi.” Kata
pedagang itu kepada bapak sambil pamit mau berjualan lagi. Tidak lama kemudian,
terdengar pengumuman bahwa penumpang dipersilahkan menaiki pesawat, dan kami
pun bergegas berjalan menuju ke pesawat.
“warna
pesawatnya seperti baju tentara ya pak..?” ku bertanya kepada bapak saat aku
melihat pesawat Hercules tersebut. “iya gun…itukan pesawatnya tentara jadi
seperti baju tentara warnanya.” Jawab bapak kepadaku sambil menggandeng tanganku
mendekati pesawat. Banyak sekali penumpang yang akan menaiki pesawat itu,
pantas saja kalau tidak punya kenalan disini tidak kebagian pesawat.
Saat
masuk didalam pesawat tersebut, saya sangat kaget di dalam pesawat tersebut tidak
hanya penumpang tetapi ada 3 kendaraan yang berbaris didalam pesawat, 1 buah
mobil sedan dan 2 buah mobil truck, tetapi kendaraan-kendaraan itu hanya sampai
di Bandara Sentani. Betapa tercengangnya aku melihat itu semua, ditambah lagi
tempat duduk yang berbentuk memanjang dan hanya ada 10 buah kursi, tetapi
panjang, tidak cukup bila semua penumpang duduk. Jadi ada yang berdiri dengan
berpegangan tali yang dikhususkan bagi penumpang, dan ada yang duduk
menggunakan koran.
Kendaraan-kendaraan
tadi diikat dengan rantai-rantai besar satu sama lain dan rantai itu dikaitkan
ke besi yang melingkar kecil-kecil di lantai pesawat. Pesawat
itu memang besar walaupun ada kendaraan di dalam tetapi masih bisa memuat
penumpang dan tidak berdesak-desakkan.
Penumpang
telah masuk semua kedalam pesawat, kendaraan telah dikaitkan dengan erat,
barang-barang bawaan penumpang talah masuk kedalam bagasi, pesawaat pun lepas
landas. Penerbangan pertama berhenti di Sentani. Sampai di Bandara Sentani hari
sudah hampir petang. Keberangkatan dilanjutkan besok pagi, kami pun menginap di
rumah temannya bapak.
Beliau
bernama Pak Sukiman, beliau sangat baik dan ramah, kami menginap dirumah beliau
selama dua malam. Ketika tiba di rumah pak Sukiman kepalaku terasa pusing
sekali, waktu dipesawat malah aku tidak merasakan pusing. Mungin karena
kelelahan, mungkin juga masuk angin. Hehe… maaf agak manja.
Saat
aku pusing Pak Sukiman sangat memperhatikan aku, aku diambilkan minyak kayu
putih agar minyak tersebut dioleskan dikepalaku. Rumah Pak Sukiman dihuni oleh
3 orang, yang pertama Pak sukiman, yang kedua Ibu Sukiman, dan yang ketiga
Pembantunya. Mereka tinggal bertiga karena anak-anak pak Sukiman sudah pada
kerja jadi sudah mempunyai rumah sendiri.
Setelah
kepalaku diolesi minyak kayu putih lama-kelamaan aku pun terlelap tidur di
samping bapakku, yang memijat-mijat kepalaku. Dan keesokan harinya, saat aku
terbangun aku sudah berada dikamar sendirian, karena bapak dan ibuku sudah
bangun duluan.
Pagi itu aku langsung bersiap-siap untuk ke
Bandara, karena keberangkatan pesawat pukul 07.30 WIT. Ketika sudah siap semua
kami berangkat ke Bandara diantar oleh Pak Sukiman dengan mobilnya, sebelum
kami berangkat ke Bandara, kami berpamitan dan berterimakasih dengan Ibu
Sukiman, karena sudah memberi kami bekal untuk dijalan.
Walaupun
sebelum berangkat kami sudah disuruh sarapan tapi kami masih di beri makanan
untuk dijalan, sungguh begitu baik Ibu Sukiman dan Pak Sukiman.
“Buk…
kami pamit pulang ya.”, Kata bapak kepada Ibu Sukiman, “Iya pak…hati-hati
dijalan, ini ada sedikit makanan buat dijalan” kata Ibu Sukiman kepada bapak,
dengan member makanan untuk bekal dijalan.
“waduh buk, jadi merepotkan ibu ini, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu.” Ucap sungkan bapak kepada ibu
Sukiman, sambil menerima makanan tersebut.
Setelah
berpamitan kami berangkat ke Bandara, karena setengah jam lagi pesawat mau
berangkat. Perjalanan dari rumah Pak Sukiman hanya memakan waktu 15 menit
perjalanan, kami beruntung bapak punya teman seperti Pak Sukiman. Setelah 15
menit berlalu, sampailah kami di Bandara Sentani.
Ketika
tiba di Bandara, kami langsung disuruh masuk ke dalam Bandara dan kami pun
mengucapkan terimakasih kepada Pak Sukiman sudah mengantarkn kami sampai ke
Bandara.
“pak…kami
sangat mengucapkan terimakasih kepada bapak, sudah banyak merepotkan bapak”
ucapan terimakasih bapak kepada Pak Sukiman yang telah menumpangi tempat untuk
beristirahat, menjemput dan mengantarkan kembali ke Bandara. “Sama-sama
pak….itu memang sudah seharusnya itu yang saya lakukan kepada sesama.” Jawab Pak
Sukiman kepada bapak.
“oh,,..
iya nanti kalau ada apa-apa langsung hubungi saya, saya siap membantu,” kata
Pak Sukiman sebelum berpamitan pulang. “Baik pak,,, saya pasti menghubungi
bapak.” jawab bapak kepada pak sukiman sambil menyangking tas.
“Assalamuallaikum
wr.wb” salam dari pak Sukiman kepada kami sambil memasuki mobil.
“Wa’alaikumsallam
wr.wb..hati-hati pak pulangnya.” Jawab bapak kepada pak sukiman yang sudah
menginjak pedal gasnya dan lama-lama jauh dari penglihatan mata, lenyap di
belokan menuju pintu keluar dari Bandara. Dan akhirnya kami berpisah dengan pak
Sukiman.
Setelah
Pak Sukiman pulang, kami masuk ke dalam Bandara dan duduk dikursi tunggu. Kebetulan
ruang tunggunya itu posisinya menghadap ke tempat dimana pesawat-pesawat itu
berada, jadi penumpang bisa melihat
pesawat yang mau tinggal landas dan yang baru melandas. Ketika itu hari masih
pagi jadi uadaranya masih segar dan cuacanya cerah.
Saat
itu pesawat yang akan kami naiki sedang di otak-atik oleh awak pesawat. Padahal
jam keberangkatan tinggal 10 menit lagi.
“Pak…kok
pesawatnya belum siap? Tu masih di otak-atik.” Ku bertanya pada bapak yang
sedang duduk memandangi tempat landasan pesawat.
“mungkin
sedang dicek pesawatnya Gun,.” Jawab bapak kepadaku yang sedang heran terhadap
pesawat itu.
Saat
jam sudah menunjukkan pukul 07.30 WIT. Pesawat belum juga siap, para penumpang
yang menunggu sudah mulai tidak sabar menanti keberangkatan pesawat.
“Pak…pesawatnya
lama banget siapnya.”
“sabar
Gun mungkin sebentar lagi. Bapak coba Tanya kepetugas Bandaranya dulu.”
“iya
pak… coba Tanya dulu.” Sahut ibu kepada bapak.
Selama
bapak bertanya pada petugas, aku ditemani oleh ibu. “Mak…penumpang-penumpang yang lain sudah gak sabar juga kayaknya,”
“Iya
Gun…pesawatnya lama banget…kenapa to pesawatnya.”
“Rusak
paling mak”. Saat aku sedang mengobrol dengan ibu, bapak pun kembali dengan
memberi tahu pesawatnya sebentar lagi siap akan berangkat.
Jam
pun sudah menunjukkan pukul 08.00 WIT. Pesawat sudah siap untuk terbang,
penumpang disuruh bersiap-siap menaiki pesawat. Kemudian para penumpang
berbondong-bondong berjalan menaiki pesawat Hercules itu. Yang Nampak gagah
perkasa dengan warna seperti pakaian TNI.
Sesampainya
di dalam pesawat. Kendaraan yang tadinya di dalam pesawat sudah tidak ada lagi,
karena memang hanya sampai Bandara Sentani ini. Jadi ruang pesawat bertambah
lebar.
Ketika
pesawat mulai berangkat, awalnya biasa-biasa saja tidak ada keanehan yang
mencurigakan. Saat pesawat sudah mau lepas landas, pesawat tidak mau terbang
hanya ban depannya saja yang terangkat, badan pesawat tidak ikut terbang.
Akhirnya
pesawat kembali lagi ke tempat dimana awal pesawat berada. Para penumpang pun disuruh turun kembali untuk
menunggu sejenak, karena pesawat akan di atasi kerusakannya.
Saat
itu dikabarkan pesawat membutuhkan suku cadang, sedangkan suku cadang tersebut
tidak ada di Sentani. Jadi harus menunggu pesawat yang datang membawa kiriman
suku cadang dari Jaya pura.
Setelah
satu jam menunggu. Akhirnya pesawat yang membawa suku cadang tiba, pesawatnya
Hercules juga tetapi ukurannya lebih kecil. “Itu pesawatnya datang, tetapi
ukuranya lebih kecil.” Kata ku saat melihat pesawat pembawa suku cadang tiba di
Bandara. Pilotnya terlihat dari kaca depan pesawat, berbadan besar, dan
kelihatanya orang luar negeri, ntah dari Negara mana. Memakai pakaian berwarna
orange. Memperlihatka pilot berpengalaman. Terlihat gagah sekali dengan
mengenakan kaca mata hitam. Waaww …sangat keren kelihatanya. Semenjak itu aku
langsung ingin sekali bercita-cita menjadi pilot.
Kemudian
setelah pesawat itu datang dan suku cadang yang dibawa dikeluarkan, dan akan
dipasang terdengar pengumuman yang menyebutkan bahwa, keberangkatan pesawat
ditunda besok pagi, karena pesawat belum siap terbang hari ini. Banyak para
penumpang yang kecewa pada hari itu. Karena tidak jadi berangkat, karena rusak.
Akhirnya
bapak langsung menghubungi pak Sukiman dengan menggunakan telpon umum karena
dulu belum mempunyai handphon, bahwa tidak jadi terbang sekarang ditunda besok
pagi.
“Hallo
Pak….ini saya pak pur.”
“Hallo..iya
pak ada apa pak? Sudah sampai dimana pak?”
“
Aduh pak.. kayakna merepotkan bapak lagi ini.”
“Merepotkan
bagaimana pak Pur? Coba beritahu saya,”
“Pesawatnya
rusak… jadi keberangkatan ditunda besok pagi
pak”
“ohhh…
begitu to pak…baik pak saya jemput sekarang di bandara
pak”
“iya
pak….jadi merepotkan bapak lagi ini.”
“tidak
apa-apa pak.. saya malah jadi ada temanya dirumah.hehehe.tunggu saya ya pak,
saya segera kesana.”
“iya
pak.. sebelumnhya terimakasih sekali ini bapak”
“Sudah
pak.. tidak apa-apa. . Assalamualaikum wr.wb”
“Waalaikumsalam
wr,wb” begitulah perbincangan bapak dengan Pak Sukiman saat ditelpon umum,
memberitahukan kepada pak Sukiman bahwa keberangkatan pesawat ditunda besok
pagi.
Tidak
lama kemudian, Pak sukiman datang untuk menjemput kami lagi. Dan menginap di
rumah Pak Sukiman lagi. Betapa beruntung nasib kami kenal dengan Pak Sukiman,
dengan senang hati membantu kami yang sedang dalam kesusahan.
Sesampainya
di rumah Pak Sukiman, kami kembali disambut hangat oleh istri pak Sukiman, dan
kami pun langsung dipersilahkan masuk kedalam rumah untuk istirahat.
Bapak
dan Ibu mengobrol-ngobrol kepada Pak Sukiman dan Ibu sukiman tentang kejadian
tadi, sedangkan aku hanya mendengarkan perbincangan mereka.
Keesokan
harinya kami pun berangkat lagi ke
Bandara dengan jam yang sama dan berpamitan kepada Ibu Sukiman. Kami berangkat
ke Bandara dengan diantarkan oleh pak Sukiman lagi, kamipun di bekali makanan lagi
oleh ibu Sukiman, makanan yang kemarin kami habiskan saat menunggu suku cadang
pesawat kemarin. Dan sekarang diberi makanan lagi untuk dijalan.
Ketika
tiba di Bandara, kami pun pamitan lagi dengan pak Sukiman, dan minta do’a dari
pak Sukiman semoga perjalanan kali ini lancer dan tidak ada hambatan lagi.
Setelah
itu kami pun masuk ke dalam Bandara, pesawat belum ada di Bandara, entah sedang
dimana, setengah jam menunggu pesawat. Akhirnya pesawat datang juga, tetapi
ntah darimana pesawat itu datang. Kata petugas di Bandara bilang pesawatnya
baru saja uji coba terbang dengan suku cadang baru.
Pesawat
sudah menempatkan badanya pada tempatnya, dan para penumpang pun
berbondong-bondong memasuki pesawat. Kali ini pesawat terbang dengan tidak ada
masalah, pesawat terbang dengan lancarnya seperti burung alap-alap yang terbang
di langit dengan kepakan sayapnya yang besar, dan terbang dengan sangat tenang diatas awan.
Penerbangan
kedua ini berhenti di Biak dan di lanjutkan lagi ke Sulawesi. Saat di Sulawesi
ketika pesawat mau terbang, hujan turun dengan derasnya, dan awan sangat tebal
sehingga pesawat tidak jadi terbang karena akan sangat membahayakan.
Jadi
pesawat harus menunggu sampai hujan reda jika akan terbang. Semua penumpang hanya
di dalam pesawat saja, karena di luar hujanya deras sekali. Tidak bisa
jalan-jalan sebentar melihat bandara Sulawesi.
Setelah
satu jam berlalu, hujan sudah mulai reda. Penumpang disuruh bersiap-siap,
karena pesawat akan terbang. Kemudian penerbangan dilanjutkan ke Bali.
Sesampainya di Bali, pesawat memasukkan TNI, yang akan dikirim ke semarang,
jadi di dalam pesawat di tambah tempat duduk khusus untuk para TNI.
Tempat
duduk itu wujudnya seperti jarring yang ditarik memanjang ditengah-tengah
ruangan pesawat. Jumlah TNI yang dibawa lumayan banyak jumlahnya. Saat itu jam
menunjukkan pukul 11.20 WITA.
Pada waktu itu aku sudah tak kuat menahan mata
ini untuk tetap terbuka, dan akhirnya akupun tertidur di pangkuan bapakku, saat
tentara-tentara itu masuk semua, aku sudah terlelap dalam kekantukan yang
menyerangku. Saat pesawat berangkat lagi aku sudah tidak tahu.
Penerbangan
berakhir di Semarang, aku pun dibangunkan oleh bapakku karena, pesawat sudah
mendarat. Dan saatnya untuk turun. Ketika sampai di Semarang jam baru
menunjukkan pukul 02.30 WIB dini hari. Jadi keadaan di sekelilingku masih
gelap. Saat itu kami kebingungan mau menunggu pagi dimana, dan akhirnya ada
penumpang lain yang mengajak kami untuk menginap di tempat dimana beliau
menginap.
Kemudian
mengadang dua taksi, yang satu untuk dia bersama keluarganya dan yang satunya
lagi untuk kami. Lalu kami pun menaiki taksi tersebut dan mengikuti dibelakang
taksi yang dinaiki beliau, setelah memakan waktu 20 menit perjalanan, sampailah
dimana beliau menginap. Kami pun diajak masuk oleh beliau kedalam rumah
tersebut, ternyata rumah tersebut adalah rumah beliau. Rumah beliau sangat
mewah dan besar.
“ini
dia, rumah yang akan kita inap,”
“wah….mewah
rumahnya pak, besar lagi.”
“ahh..bapak
bisa saja. Ini rumah saya pak. hehe. Ayo pak masuk
kedalam, kita istirahat sambil menunggu pagi.”
Lalu
kami diantarkan ke kamar yang di peruntukkan untuk kami istirahat. Ruangan
kamar cukup besar dan dilengkapi dengan TV, kamar mandi, tempat tidur yang
lebar lengkap dengan bantal, sepray, dan selimut.
Kami
pun langsung istirahat dikamar tersebut, saat ku terbangun, hari sudah pagi.
Bapak dan ibu pasti sudah tidak ada dikamar, saat aku keluar dari kamar aku
langsung disuruh mandi, lalu sarapan nasi uduk yang sudah dibelikan oleh orang
yang punya rumah.
Kemudian
setelah sarapan, bapak dan ibu ngobrol-ngobrol sebentar, lalu kami diantarkan
oleh orang yang punya rumah dengan mobilnya ke terminal semarang. Sungguh
begitu baik orang tersebut. Sudah memberikan tempat untuk menginap, masih
mengantarkan kami ke terminal.
Ketika sampai di terminal, bapak mengucapkan
terimakasih kepada orang yang telah memberikan tempat menginap.
“sudah
sampai kita di terminal,”
“terimakasih
banyak ini pak, tidak bisa member apa-apa buat
bapak dan keluarga.”
“tidak
apa-apa pak, saya merasa senang bisa membantu bapak,
“
“hehe,
iya pak. bapak terimakasih banyak ini sudah mengantarkan
kami sampai diterminal.”
“iya
pak, sama-sama, itu busnya sudah ada pak, langsung saja naik bus yang itu. Saya pamit pulang pak, hati-hati dijalan pak.”
“oh
iya pak, itu ya bus yang ke Purworejo ya pak?”
“iya
itu pak bus yang ke purworejo” itulah perbincangan anatara bapak dengan orang
yang mengntar kami.
Kami
pun langsung menuju bus tersebut, dan ternyata benar, bus tersebut menuju ke
Purworejo. Kami pun naik bus tersebut.
“bus
ini ke Purworejo”
“Iya
pak, ayo pak naik. Kita langsung berangkat.”
Itulah
perbincangan bapakku dengan kenek bus itu, sesaat sebelum kami menaikinya.
Untuk memastikan benar tidaknya tujuan bus itu.
Setelah
benar kami pun menaiki bus itu dan mencari tempat duduk yang masih kosong, saat
kami duduk ada kondektur yang menariki ongkos perjalanan, bapak pun membayarnya
dan diberi tiket.
Kemudian
bus pun berangkat, ketika ditengah perjalanan ada kondektur lain lagi yang
menariki ongkos perjalanan,
“pak..ongkos
perjalanannya,”
“tadi
saya sudah membayar sebelum berangkat, ini tiketnya.”
“ini
tiket palsu pak. itu bukan kondektur yang sebenarnya.”
“ya
sudah. Saya nanti saja membayarnnya kalau sudah turun.”
Ternyata
banyak sekali kondektur-kondektur palsu yang menariki ongkos perjalanan di
sini. Oh…begitu menyedihkan sekali, ada orang yang mencari uang dengan cara
seperti itu. Menandakan mencari pekarjaan dijaman sekarang sangat sulit.
Sepertinya
sudah ada kong kali kong antara supir dengan kondektur-kondektur palsu itu,
sehingga kondektur-kondektur itu bisa dengan leluasa menariki ongkos perjalanan
kepada penumpang. Tiga jam perjalanan pun telah berlalu, bus sudah sampai di
terminal bus Purworejo, kami pun turun disitu dan bapak akhirnya membayar
ongkos perjalanan lagi.
Ini
sebagai pengalaman yang bisa kita pelajari, untuk kedepannya nanti, dari
kejadian ini kita bisa menangkap informasi tentang bagaimana, saat di dalam bus
ketika ditariki ongkos perjalanan. Besok-besok lagi membayar ongkos perjalanan
jika akan turun.
Tetapi
kalau kita membeli tiket diloket baru kita membayar dulu karena tidak ada
calo-calo kondektur seperti tadi. Jadi kita bisa tenang dan tidak takut kena
tipu.
Sesampainya
kami di terminal, kami turun dan mencari angkot yang menuju ke pangkalan kopada
yang berada di belakang pasar Baledono.
Setelah
sampai di pangkalan kopada, kopada sedang menunggu penumpang penuh. Kami pun
langsung naik kopada itu.
Beberapa
saat kemudian, kopada pun akhirnya penuh, bukan hanya penuh dengan penumpang
tetapi penuh dengan barang-barang bawaan para penumpang.
Jadi
saat kami di dalam kopada, lumayan berhimpitanya. Karena barang-barang yang
dibawa sangat banya;, sampai-sampai bingung mau menarauh kaki.
Karena
ditangah-tengah atau selah-selah tempat duduk penuh dengan barang-barang
penumpang. Karena sebagian penumpang
habis belanja di pasar Baledono, jadi barang-barang yang dibawa adalah hasil
belanja.
Perjalanan
selama dua jam perjalanan dengan melewati jalan aspal yang rusak,
tanjakan-tanjakan yang curam dan disertai tikungan-tikungan tajam, dikelilingi
tebing dan jurang.
Betapa
susahnya jalan yang harus ditempuh untuk sampai ke rumah kakek dan nenek. Sampai-sampai kopada tidak kuat untuk
menanjak disalah satu tanjakan, yang memang tanjakan tersebut adalah tanjakan
yang paling curam dan panjang disertai dengan tikungan dan jalanan yang
berlubang, sehingga membuat mobil yang berpenumpang penuh tidak sanggup untuk
menaklukan tanjakkan tersebut dengan mudah.
Akhirnya
para penumpang pria turun, untuk mendorong kopada itu, agar bisa melewati
tanjakkan tersebut. Tanjakkan ini disebut dengan tanjakkan “sekempot”.
Tanjakkan ini memang terkenal dengan kecuramannya dan panjangnya tanjakkan itu.
sehingga banyak kendaraan yang membawa beban berat tidak kuat melewati
tanjakkan itu.
Setelah
kopada melewati tanjakkan tersebut penumpang pria kembali menaiki kopada, dan
perjalanan dilanjutkan kembali. Setelah dua jam perjalanan, kopada berhenti di
desa Ngaran. Tempat ini memang tempat dimana kopada berhenti menurunkan
penumpang dan menaikkan penumpang.
Sampai
di Ngaran, untuk sampai rumah kakek dan nenek jarak yang harus kami tempuh
masih lumayan jauh dan tidak ada angkutan yang masuk kesana. Akhirnya kami
menyarter kopada tersebut agar membawa kami ke rumah kakek dan nenek.
Perjalanan kerumah kakek nenek lebih sulit jalanya, karena belum diasapal masih
kericakan (jalanan berbatu). Jadi perjalanan ditempuh dengan pelan-pelan dan
berhati-hati.
Setengah
jam perjalanan berlalu sampailah kami di depan rumah kakek dan nenek. Aku pun
langsung turun dari kopada dan aku langsung dipeluk oleh nenek. Dan kami semua
langsung disuruh masuk kedalam rumah.
***
Wah gimana menurutmu.? komennya donk ditunggu y.. :)
<| "Semakin dekat kau memandang" |>
_______Semakin Terbatas Pandangan Anda______
\(-_-)/
0 komentar:
Posting Komentar