728x90 AdSpace

  • Latest News

    Mas Dafri Maulana. Diberdayakan oleh Blogger.

    Followers

    Total Tayangan Halaman

    Bottom Kiri

    Entri Populer

    Senin, 21 Oktober 2013

    "Hercules" - Novel Kepakan Sayap Burung Elang

    Hei teman - teman apa kabar.? hmmm pasti sehat - sehat ajakan.? Huft lagi kesel nih tiyap malem mesti mati lampu di daerah sini. kenpa ya padahal kan di kota. he3x.. setelah libur panjang dari main lapto rasanya dah kangen nih pengen posting lagi.. huft meskipun g' ada yang kangen tapi tak apalah apa salahnya berbagi. he3x.. langsung aja deh g' pake lama. ini ada lanjutan dari novel Kepakan Sayap Burung Elang. Novel ini dirilis dikosan loh oleh Gunawan Adi Nugroho seorang yang kocak dan tampan. OK selamat membaca..
    Sub titlenya HERCULES.

    Loh emang ada apa dengan Hercules.? apakah gunawan ini seorang yang berbadan kekar, kuat dan cerdas namun memiliki kekasih yang menghianatinya.? Atau Gunawan ini seorang yang biasa saja tapi selalu tegar.? baiklah tak perlu lama - lama pasti sudah penasarankan.? langsung buka novelnya :) selamat membaca...


    ( Hercules )-Kepakan Sayap Burung Elang  :  








    2. HERCULES

     Saat bapak dan ibu mau mengantarku kejawa, pesawat yang berani masuk ke Bandara Wamena hanya pesawat Hercules (pesawat TNI) pesawat penumpanng tidak ada yang berani ke Papua.
    Itu saja kalau bapak tidak mempunyai teman atau kenalan pegawai bandara tidak bisa naik pesawat itu, untung saja bapak mempunyai teman pegawai Bandara, jadi bisa dengan mudah ikut pesawat itu.  Saat mau berangkat ke Bandarapun sudah dicegat-cegat oleh gerombolan-gerombolan GPK, “Bapak mau kemana, bawa tas banyak?” Tanya salah seorang dari gerombolan GPK kepada bapak, “Saya mau penataran di Jaya Pura” jawab bapak dengan membohongi GPK tersebut padahal mau mengantar aku ke jawa. Akhirnya kami diperbolehkan lewat, oh… iya saat mau ke Bandara Aku dan keluarga di antar dengan mobilnya pak Kamto, Kepala sekolah di SDku.
    Beliau belum pindah ke Jawa, baru rencana karena dia mempunyai dua tempat tinggal, tetapi tempat dia bertugas atau bekerja didaerah yang sedang gempar atau ingin merdeka sendiri. Jadi beliau masih bisa mengantar aku dan keluargaku ke Bandara Wamena. Beliau belum selesai mengurus surat pindahnya, kalau bapak sudah jauh-jauh hari mengurus surat pindah walaupun sebenarnya bapak belum disetujui tetapi bapak minta cuti. Agar bisa mengantarkan aku ke jawa dan kembali lagi ke Papua jika keadaan sudah mulai dingin.
    Akhirnya selama satu jam perjalanan, sampai juga di Bandara dengan selamat tidak terhalang oleh GPK lagi. Saya pun turun dari mobil dengan membawa tas punggung yang berisi jajanan-jajanan buat bekal dijalan, tas-tas yang besar langsung dibawa oleh pegawai-pegawai yang bekerja di Bandara, untuk di masukkan kedalam bagasi pesawat tetapi sebelumnya sudah diberi nama dan terdaftar dalam nama-nama penumpang.
    Saya sangat berterimakasih kepada pak Kamto, sudah mengatar aku dan keluargaku ke Bandara, sebenarnya resikonya sangat besar. Membawa kami ke Bandara, bisa saja saat kami dijalan, dicegat oleh GPK dan dibunuh, tetapi Alhamdulillah kami sampai dengan selamat, saat kami mau masuk ke Bandara kami berpamitan dengan Pak Kamto dan berterima kasih kepada Pak Kamto karena telah mengantarkan sampai Bandara.
    “Pak….saya dan keluarga sangat berterimakasih, sudah mengantar kami ke Bandara.” Ucap terimakasih bapak kepada pak Kamto, atas kebaikan pak kamto mengantar kami sampai bandara. “sudahlah pak biasa saja, ini sudah menjadi tanggung jawab saya mengantarkan bapak sampai kesini. Kita kan sudah seperti saudara”. Begitulah jawab pak Kamto, sambil kembali masuk kedalam mobil. “Iya pak semoga tali persaudaraan kita tidak pernah putus”. Kata bapak sambil bersalaman dengan Pak Kamto. “iya pak… kalau sudah sampai dijawa hubungi saya ya pak, salam buat keluarga dijawa, saya pamit pulang pak. Assalamuallaikum.” Pamit pak Kamto sebelum meninggalkan kami. “Baik Pak.. kami pasti kabari bapak kalau sudah sampai. Walaikumsallam wr.wb. Dan kamipun berpisah dengan pak Kamto.
    Saat itu kami menunggu sebentar di ruang tunggu Bandara, “mak aku haus, pingin minum”. Aku berkata pada ibu yang sedang duduk didekatku. Kebetulan ada pedagang asongan yang lewat dan ternyata pedagang asongan itu adalah mantan muridnya bapak, jadi aku tidak membayar lagi membeli minuman. Hehe. “mas…mas…beli minuman”. Kata ibu kepada pedagang asongan itu. “iya buk …pilih minuman yang mana?” begitulah kata pedagang asongan tersebut, saat dia menyuruh aku memilih, dia melihat bapak yang sedang duduk disamping Ibu. “Pak Pur . . bapak kenapa ada disini? Ini istri dan anak bapak ya..?” Tanya pedagang asongan itu kepada bapak dengan muka penuh keheranan. “oh… iya, saya mau mengantar anak saya ke Jawa, betul ini istri dan anak saya. Kamu jualan disini to.” Jawab bapak dan sambil bertanya kepada mantan muridnya itu. “iya pak saya jualan disini, buat kegiatan pak dari pada menganggur pak.” Jawab pedagang asongan itu kepada bapak. “sudah lama kamu berjualan disini?”Tanya bapak kepada mantan muridnya atau pedagang itu. “baru satu minggu pak, ini buat kegiatan selama saya menunggu pembukaan pendaftaran TNI pak.” Jawab pedagang itu kepada bapak. “wah… bagus itu, saya doakan kamu besok mendaftar keterima, oh.. iya nama kamu Kosmos ya?” sahud bapak kepadanya karena dia mau berpikir maju, tidak diam saja setelah lulus SMA, dia selalu bekerja, tidak menganggur.
    “Terimakasih bapak atas dukungannya, bapak hati-hati dijalan, saya mau berjualan lagi.” Kata pedagang itu kepada bapak sambil pamit mau berjualan lagi. Tidak lama kemudian, terdengar pengumuman bahwa penumpang dipersilahkan menaiki pesawat, dan kami pun bergegas berjalan menuju ke pesawat.
    “warna pesawatnya seperti baju tentara ya pak..?” ku bertanya kepada bapak saat aku melihat pesawat Hercules tersebut. “iya gun…itukan pesawatnya tentara jadi seperti baju tentara warnanya.” Jawab bapak kepadaku sambil menggandeng tanganku mendekati pesawat. Banyak sekali penumpang yang akan menaiki pesawat itu, pantas saja kalau tidak punya kenalan disini tidak kebagian pesawat.
    Saat masuk didalam pesawat tersebut, saya sangat kaget di dalam pesawat tersebut tidak hanya penumpang tetapi ada 3 kendaraan yang berbaris didalam pesawat, 1 buah mobil sedan dan 2 buah mobil truck, tetapi kendaraan-kendaraan itu hanya sampai di Bandara Sentani. Betapa tercengangnya aku melihat itu semua, ditambah lagi tempat duduk yang berbentuk memanjang dan hanya ada 10 buah kursi, tetapi panjang, tidak cukup bila semua penumpang duduk. Jadi ada yang berdiri dengan berpegangan tali yang dikhususkan bagi penumpang, dan ada yang duduk menggunakan koran.
    Kendaraan-kendaraan tadi diikat dengan rantai-rantai besar satu sama lain dan rantai itu dikaitkan ke besi yang melingkar kecil-kecil di lantai pesawat.   Pesawat itu memang besar walaupun ada kendaraan di dalam tetapi masih bisa memuat penumpang dan tidak berdesak-desakkan.
    Penumpang telah masuk semua kedalam pesawat, kendaraan telah dikaitkan dengan erat, barang-barang bawaan penumpang talah masuk kedalam bagasi, pesawaat pun lepas landas. Penerbangan pertama berhenti di Sentani. Sampai di Bandara Sentani hari sudah hampir petang. Keberangkatan dilanjutkan besok pagi, kami pun menginap di rumah temannya bapak.
    Beliau bernama Pak Sukiman, beliau sangat baik dan ramah, kami menginap dirumah beliau selama dua malam. Ketika tiba di rumah pak Sukiman kepalaku terasa pusing sekali, waktu dipesawat malah aku tidak merasakan pusing. Mungin karena kelelahan, mungkin juga masuk angin. Hehe… maaf agak manja.
    Saat aku pusing Pak Sukiman sangat memperhatikan aku, aku diambilkan minyak kayu putih agar minyak tersebut dioleskan dikepalaku. Rumah Pak Sukiman dihuni oleh 3 orang, yang pertama Pak sukiman, yang kedua Ibu Sukiman, dan yang ketiga Pembantunya. Mereka tinggal bertiga karena anak-anak pak Sukiman sudah pada kerja jadi sudah mempunyai rumah sendiri.
    Setelah kepalaku diolesi minyak kayu putih lama-kelamaan aku pun terlelap tidur di samping bapakku, yang memijat-mijat kepalaku. Dan keesokan harinya, saat aku terbangun aku sudah berada dikamar sendirian, karena bapak dan ibuku sudah bangun duluan.
     Pagi itu aku langsung bersiap-siap untuk ke Bandara, karena keberangkatan pesawat pukul 07.30 WIT. Ketika sudah siap semua kami berangkat ke Bandara diantar oleh Pak Sukiman dengan mobilnya, sebelum kami berangkat ke Bandara, kami berpamitan dan berterimakasih dengan Ibu Sukiman, karena sudah memberi kami bekal untuk dijalan.
    Walaupun sebelum berangkat kami sudah disuruh sarapan tapi kami masih di beri makanan untuk dijalan, sungguh begitu baik Ibu Sukiman dan Pak Sukiman.
    “Buk… kami pamit pulang ya.”, Kata bapak kepada Ibu Sukiman, “Iya pak…hati-hati dijalan, ini ada sedikit makanan buat dijalan” kata Ibu Sukiman kepada bapak, dengan member makanan untuk bekal dijalan.
     “waduh buk, jadi merepotkan ibu ini, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu.” Ucap sungkan bapak kepada ibu Sukiman, sambil menerima makanan tersebut.
    Setelah berpamitan kami berangkat ke Bandara, karena setengah jam lagi pesawat mau berangkat. Perjalanan dari rumah Pak Sukiman hanya memakan waktu 15 menit perjalanan, kami beruntung bapak punya teman seperti Pak Sukiman. Setelah 15 menit berlalu, sampailah kami di Bandara Sentani.
    Ketika tiba di Bandara, kami langsung disuruh masuk ke dalam Bandara dan kami pun mengucapkan terimakasih kepada Pak Sukiman sudah mengantarkn kami sampai ke Bandara.
    “pak…kami sangat mengucapkan terimakasih kepada bapak, sudah banyak merepotkan bapak” ucapan terimakasih bapak kepada Pak Sukiman yang telah menumpangi tempat untuk beristirahat, menjemput dan mengantarkan kembali ke Bandara. “Sama-sama pak….itu memang sudah seharusnya itu yang saya lakukan kepada sesama.” Jawab Pak Sukiman kepada bapak.
    “oh,,.. iya nanti kalau ada apa-apa langsung hubungi saya, saya siap membantu,” kata Pak Sukiman sebelum berpamitan pulang. “Baik pak,,, saya pasti menghubungi bapak.” jawab bapak kepada pak sukiman sambil menyangking tas.
    “Assalamuallaikum wr.wb” salam dari pak Sukiman kepada kami sambil memasuki mobil.
    “Wa’alaikumsallam wr.wb..hati-hati pak pulangnya.” Jawab bapak kepada pak sukiman yang sudah menginjak pedal gasnya dan lama-lama jauh dari penglihatan mata, lenyap di belokan menuju pintu keluar dari Bandara. Dan akhirnya kami berpisah dengan pak Sukiman.
    Setelah Pak Sukiman pulang, kami masuk ke dalam Bandara dan duduk dikursi tunggu. Kebetulan ruang tunggunya itu posisinya menghadap ke tempat dimana pesawat-pesawat itu berada,  jadi penumpang bisa melihat pesawat yang mau tinggal landas dan yang baru melandas. Ketika itu hari masih pagi jadi uadaranya masih segar dan cuacanya cerah.
    Saat itu pesawat yang akan kami naiki sedang di otak-atik oleh awak pesawat. Padahal jam keberangkatan tinggal 10 menit lagi.
    “Pak…kok pesawatnya belum siap? Tu masih di otak-atik.” Ku bertanya pada bapak yang sedang duduk memandangi tempat landasan pesawat.
    “mungkin sedang dicek pesawatnya Gun,.” Jawab bapak kepadaku yang sedang heran terhadap pesawat itu.
    Saat jam sudah menunjukkan pukul 07.30 WIT. Pesawat belum juga siap, para penumpang yang menunggu sudah mulai tidak sabar menanti keberangkatan pesawat.
    “Pak…pesawatnya lama banget siapnya.”
    “sabar Gun mungkin sebentar lagi. Bapak coba Tanya kepetugas      Bandaranya dulu.”
    “iya pak… coba Tanya dulu.” Sahut ibu kepada bapak.
    Selama bapak bertanya pada petugas, aku ditemani oleh ibu.            “Mak…penumpang-penumpang yang lain sudah gak sabar juga           kayaknya,”
    “Iya Gun…pesawatnya lama banget…kenapa to pesawatnya.”
    “Rusak paling mak”. Saat aku sedang mengobrol dengan ibu, bapak pun kembali dengan memberi tahu pesawatnya sebentar lagi siap akan berangkat.
    Jam pun sudah menunjukkan pukul 08.00 WIT. Pesawat sudah siap untuk terbang, penumpang disuruh bersiap-siap menaiki pesawat. Kemudian para penumpang berbondong-bondong berjalan menaiki pesawat Hercules itu. Yang Nampak gagah perkasa dengan warna seperti pakaian TNI.
    Sesampainya di dalam pesawat. Kendaraan yang tadinya di dalam pesawat sudah tidak ada lagi, karena memang hanya sampai Bandara Sentani ini. Jadi ruang pesawat bertambah lebar.
    Ketika pesawat mulai berangkat, awalnya biasa-biasa saja tidak ada keanehan yang mencurigakan. Saat pesawat sudah mau lepas landas, pesawat tidak mau terbang hanya ban depannya saja yang terangkat, badan pesawat tidak ikut terbang.
    Akhirnya pesawat kembali lagi ke tempat dimana awal pesawat berada.  Para penumpang pun disuruh turun kembali untuk menunggu sejenak, karena pesawat akan di atasi kerusakannya.
    Saat itu dikabarkan pesawat membutuhkan suku cadang, sedangkan suku cadang tersebut tidak ada di Sentani. Jadi harus menunggu pesawat yang datang membawa kiriman suku cadang dari Jaya pura.
    Setelah satu jam menunggu. Akhirnya pesawat yang membawa suku cadang tiba, pesawatnya Hercules juga tetapi ukurannya lebih kecil. “Itu pesawatnya datang, tetapi ukuranya lebih kecil.” Kata ku saat melihat pesawat pembawa suku cadang tiba di Bandara. Pilotnya terlihat dari kaca depan pesawat, berbadan besar, dan kelihatanya orang luar negeri, ntah dari Negara mana. Memakai pakaian berwarna orange. Memperlihatka pilot berpengalaman. Terlihat gagah sekali dengan mengenakan kaca mata hitam. Waaww …sangat keren kelihatanya. Semenjak itu aku langsung ingin sekali bercita-cita menjadi pilot.
    Kemudian setelah pesawat itu datang dan suku cadang yang dibawa dikeluarkan, dan akan dipasang terdengar pengumuman yang menyebutkan bahwa, keberangkatan pesawat ditunda besok pagi, karena pesawat belum siap terbang hari ini. Banyak para penumpang yang kecewa pada hari itu. Karena tidak jadi berangkat, karena rusak.
    Akhirnya bapak langsung menghubungi pak Sukiman dengan menggunakan telpon umum karena dulu belum mempunyai handphon, bahwa tidak jadi terbang sekarang ditunda besok pagi.
    “Hallo Pak….ini saya pak pur.”
    “Hallo..iya pak ada apa pak? Sudah sampai dimana pak?”
    “ Aduh pak.. kayakna merepotkan bapak lagi ini.”
    “Merepotkan bagaimana pak Pur? Coba beritahu saya,”
    “Pesawatnya rusak… jadi keberangkatan ditunda besok       pagi pak”
    “ohhh… begitu to pak…baik pak saya jemput sekarang di    bandara           pak”
    “iya pak….jadi merepotkan bapak lagi ini.”
    “tidak apa-apa pak.. saya malah jadi ada temanya dirumah.hehehe.tunggu saya ya pak, saya segera kesana.”
    “iya pak.. sebelumnhya terimakasih sekali ini bapak”
    “Sudah pak.. tidak apa-apa. . Assalamualaikum wr.wb”
    “Waalaikumsalam wr,wb” begitulah perbincangan bapak dengan Pak Sukiman saat ditelpon umum, memberitahukan kepada pak Sukiman bahwa keberangkatan pesawat ditunda besok pagi.
    Tidak lama kemudian, Pak sukiman datang untuk menjemput kami lagi. Dan menginap di rumah Pak Sukiman lagi. Betapa beruntung nasib kami kenal dengan Pak Sukiman, dengan senang hati membantu kami yang sedang dalam kesusahan.
    Sesampainya di rumah Pak Sukiman, kami kembali disambut hangat oleh istri pak Sukiman, dan kami pun langsung dipersilahkan masuk kedalam rumah untuk istirahat.
    Bapak dan Ibu mengobrol-ngobrol kepada Pak Sukiman dan Ibu sukiman tentang kejadian tadi, sedangkan aku hanya mendengarkan perbincangan mereka.
    Keesokan harinya kami pun  berangkat lagi ke Bandara dengan jam yang sama dan berpamitan kepada Ibu Sukiman. Kami berangkat ke Bandara dengan diantarkan oleh pak Sukiman lagi, kamipun di bekali makanan lagi oleh ibu Sukiman, makanan yang kemarin kami habiskan saat menunggu suku cadang pesawat kemarin. Dan sekarang diberi makanan lagi untuk dijalan.
    Ketika tiba di Bandara, kami pun pamitan lagi dengan pak Sukiman, dan minta do’a dari pak Sukiman semoga perjalanan kali ini lancer dan tidak ada hambatan lagi.
    Setelah itu kami pun masuk ke dalam Bandara, pesawat belum ada di Bandara, entah sedang dimana, setengah jam menunggu pesawat. Akhirnya pesawat datang juga, tetapi ntah darimana pesawat itu datang. Kata petugas di Bandara bilang pesawatnya baru saja uji coba terbang dengan suku cadang baru.
       Pesawat sudah menempatkan badanya pada tempatnya, dan para penumpang pun berbondong-bondong memasuki pesawat. Kali ini pesawat terbang dengan tidak ada masalah, pesawat terbang dengan lancarnya seperti burung alap-alap yang terbang di langit dengan kepakan sayapnya yang besar, dan  terbang dengan sangat tenang diatas awan.
    Penerbangan kedua ini berhenti di Biak dan di lanjutkan lagi ke Sulawesi. Saat di Sulawesi ketika pesawat mau terbang, hujan turun dengan derasnya, dan awan sangat tebal sehingga pesawat tidak jadi terbang karena akan sangat membahayakan.
    Jadi pesawat harus menunggu sampai hujan reda jika akan terbang. Semua penumpang hanya di dalam pesawat saja, karena di luar hujanya deras sekali. Tidak bisa jalan-jalan sebentar melihat bandara Sulawesi.
    Setelah satu jam berlalu, hujan sudah mulai reda. Penumpang disuruh bersiap-siap, karena pesawat akan terbang. Kemudian penerbangan dilanjutkan ke Bali. Sesampainya di Bali, pesawat memasukkan TNI, yang akan dikirim ke semarang, jadi di dalam pesawat di tambah tempat duduk khusus untuk para TNI.
    Tempat duduk itu wujudnya seperti jarring yang ditarik memanjang ditengah-tengah ruangan pesawat. Jumlah TNI yang dibawa lumayan banyak jumlahnya. Saat itu jam menunjukkan pukul 11.20 WITA.
     Pada waktu itu aku sudah tak kuat menahan mata ini untuk tetap terbuka, dan akhirnya akupun tertidur di pangkuan bapakku, saat tentara-tentara itu masuk semua, aku sudah terlelap dalam kekantukan yang menyerangku. Saat pesawat berangkat lagi aku sudah tidak tahu.
    Penerbangan berakhir di Semarang, aku pun dibangunkan oleh bapakku karena, pesawat sudah mendarat. Dan saatnya untuk turun. Ketika sampai di Semarang jam baru menunjukkan pukul 02.30 WIB dini hari. Jadi keadaan di sekelilingku masih gelap. Saat itu kami kebingungan mau menunggu pagi dimana, dan akhirnya ada penumpang lain yang mengajak kami untuk menginap di tempat dimana beliau menginap.
    Kemudian mengadang dua taksi, yang satu untuk dia bersama keluarganya dan yang satunya lagi untuk kami. Lalu kami pun menaiki taksi tersebut dan mengikuti dibelakang taksi yang dinaiki beliau, setelah memakan waktu 20 menit perjalanan, sampailah dimana beliau menginap. Kami pun diajak masuk oleh beliau kedalam rumah tersebut, ternyata rumah tersebut adalah rumah beliau. Rumah beliau sangat mewah dan besar.
    “ini dia, rumah yang akan kita inap,”
    “wah….mewah rumahnya pak, besar lagi.”
    “ahh..bapak bisa saja. Ini rumah saya pak. hehe. Ayo pak     masuk kedalam, kita istirahat sambil menunggu pagi.”
    Lalu kami diantarkan ke kamar yang di peruntukkan untuk kami istirahat. Ruangan kamar cukup besar dan dilengkapi dengan TV, kamar mandi, tempat tidur yang lebar lengkap dengan bantal, sepray, dan selimut.
    Kami pun langsung istirahat dikamar tersebut, saat ku terbangun, hari sudah pagi. Bapak dan ibu pasti sudah tidak ada dikamar, saat aku keluar dari kamar aku langsung disuruh mandi, lalu sarapan nasi uduk yang sudah dibelikan oleh orang yang punya rumah.
    Kemudian setelah sarapan, bapak dan ibu ngobrol-ngobrol sebentar, lalu kami diantarkan oleh orang yang punya rumah dengan mobilnya ke terminal semarang. Sungguh begitu baik orang tersebut. Sudah memberikan tempat untuk menginap, masih mengantarkan kami ke terminal.
      Ketika sampai di terminal, bapak mengucapkan terimakasih kepada orang yang telah memberikan tempat menginap.
    “sudah sampai kita di terminal,”
    “terimakasih banyak ini pak, tidak bisa member apa-apa       buat bapak dan keluarga.”
    “tidak apa-apa pak, saya merasa senang bisa membantu        bapak, “
    “hehe, iya pak. bapak terimakasih banyak ini sudah   mengantarkan kami sampai diterminal.”
    “iya pak, sama-sama, itu busnya sudah ada pak, langsung     saja naik bus yang itu. Saya pamit pulang pak, hati-hati   dijalan pak.”
    “oh iya pak, itu ya bus yang ke Purworejo ya pak?”
    “iya itu pak bus yang ke purworejo” itulah perbincangan anatara bapak dengan orang yang mengntar kami.
    Kami pun langsung menuju bus tersebut, dan ternyata benar, bus tersebut menuju ke Purworejo. Kami pun naik bus tersebut.
    “bus ini ke Purworejo”
    “Iya pak, ayo pak naik. Kita langsung berangkat.”
    Itulah perbincangan bapakku dengan kenek bus itu, sesaat sebelum kami menaikinya. Untuk memastikan benar tidaknya tujuan bus itu.
    Setelah benar kami pun menaiki bus itu dan mencari tempat duduk yang masih kosong, saat kami duduk ada kondektur yang menariki ongkos perjalanan, bapak pun membayarnya dan diberi tiket.
    Kemudian bus pun berangkat, ketika ditengah perjalanan ada kondektur lain lagi yang menariki ongkos perjalanan,
    “pak..ongkos perjalanannya,”
    “tadi saya sudah membayar sebelum berangkat, ini   tiketnya.”
    “ini tiket palsu pak. itu bukan kondektur yang           sebenarnya.”
    “ya sudah. Saya nanti saja membayarnnya kalau sudah         turun.”
    Ternyata banyak sekali kondektur-kondektur palsu yang menariki ongkos perjalanan di sini. Oh…begitu menyedihkan sekali, ada orang yang mencari uang dengan cara seperti itu. Menandakan mencari pekarjaan dijaman sekarang sangat sulit.
    Sepertinya sudah ada kong kali kong antara supir dengan kondektur-kondektur palsu itu, sehingga kondektur-kondektur itu bisa dengan leluasa menariki ongkos perjalanan kepada penumpang. Tiga jam perjalanan pun telah berlalu, bus sudah sampai di terminal bus Purworejo, kami pun turun disitu dan bapak akhirnya membayar ongkos perjalanan lagi.
    Ini sebagai pengalaman yang bisa kita pelajari, untuk kedepannya nanti, dari kejadian ini kita bisa menangkap informasi tentang bagaimana, saat di dalam bus ketika ditariki ongkos perjalanan. Besok-besok lagi membayar ongkos perjalanan jika akan turun.
    Tetapi kalau kita membeli tiket diloket baru kita membayar dulu karena tidak ada calo-calo kondektur seperti tadi. Jadi kita bisa tenang dan tidak takut kena tipu.
    Sesampainya kami di terminal, kami turun dan mencari angkot yang menuju ke pangkalan kopada yang berada di belakang pasar Baledono.
    Setelah sampai di pangkalan kopada, kopada sedang menunggu penumpang penuh. Kami pun langsung naik kopada itu.
    Beberapa saat kemudian, kopada pun akhirnya penuh, bukan hanya penuh dengan penumpang tetapi penuh dengan barang-barang bawaan para penumpang.
    Jadi saat kami di dalam kopada, lumayan berhimpitanya. Karena barang-barang yang dibawa sangat banya;, sampai-sampai bingung mau menarauh kaki.
    Karena ditangah-tengah atau selah-selah tempat duduk penuh dengan barang-barang penumpang. Karena sebagian  penumpang habis belanja di pasar Baledono, jadi barang-barang yang dibawa adalah hasil belanja.
    Perjalanan selama dua jam perjalanan dengan melewati jalan aspal yang rusak, tanjakan-tanjakan yang curam dan disertai tikungan-tikungan tajam, dikelilingi tebing dan jurang.
    Betapa susahnya jalan yang harus ditempuh untuk sampai ke rumah kakek dan nenek.  Sampai-sampai kopada tidak kuat untuk menanjak disalah satu tanjakan, yang memang tanjakan tersebut adalah tanjakan yang paling curam dan panjang disertai dengan tikungan dan jalanan yang berlubang, sehingga membuat mobil yang berpenumpang penuh tidak sanggup untuk menaklukan tanjakkan tersebut dengan mudah.
    Akhirnya para penumpang pria turun, untuk mendorong kopada itu, agar bisa melewati tanjakkan tersebut. Tanjakkan ini disebut dengan tanjakkan “sekempot”. Tanjakkan ini memang terkenal dengan kecuramannya dan panjangnya tanjakkan itu. sehingga banyak kendaraan yang membawa beban berat tidak kuat melewati tanjakkan itu.
    Setelah kopada melewati tanjakkan tersebut penumpang pria kembali menaiki kopada, dan perjalanan dilanjutkan kembali. Setelah dua jam perjalanan, kopada berhenti di desa Ngaran. Tempat ini memang tempat dimana kopada berhenti menurunkan penumpang dan menaikkan penumpang.
    Sampai di Ngaran, untuk sampai rumah kakek dan nenek jarak yang harus kami tempuh masih lumayan jauh dan tidak ada angkutan yang masuk kesana. Akhirnya kami menyarter kopada tersebut agar membawa kami ke rumah kakek dan nenek. Perjalanan kerumah kakek nenek lebih sulit jalanya, karena belum diasapal masih kericakan (jalanan berbatu). Jadi perjalanan ditempuh dengan pelan-pelan dan berhati-hati.
    Setengah jam perjalanan berlalu sampailah kami di depan rumah kakek dan nenek. Aku pun langsung turun dari kopada dan aku langsung dipeluk oleh nenek. Dan kami semua langsung disuruh masuk kedalam rumah.

                                                    ***



    Wah gimana menurutmu.? komennya donk ditunggu y.. :)


    <| "Semakin dekat kau memandang" |>
    _______Semakin Terbatas Pandangan Anda______
    \(-_-)/
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: "Hercules" - Novel Kepakan Sayap Burung Elang Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top